Sudah hampir 3 tahun seluruh dunia menghadapi pandemi Covid-19. Jelas bahwa virus ini membawa banyak perubahan pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Segala aktivitas yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, kini berubah menjadi tatap maya, beralih menjadi digital.
Hal ini tentu memaksa kita untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang termasuk budaya kerja yang saat ini bertransisi menerapkan remote work, artinya kita bisa bekerja dari mana saja termasuk dari rumah alias WFH atau hybrid work, sebagian bekerja dari kantor dan sebagian dari rumah.
Menurut analisis LinkedIn tentang tren kerja di 15 negara, pekerjaan yang paling diminati semuanya dapat dilakukan dari jarak jauh. Sebanyak 150 juta pekerjaan teknologi baru akan diciptakan dalam lima tahun ke depan.Dan berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa 84% pengusaha berencana untuk memperluas kerja jarak jauh.
Tren Global dan Statistik Remote Work
Berdasarkan data statistik Global berikut adalah tren dan statistik remote work di tahun 2022:
- 60% wanita dan 52% pria akan berhenti dari pekerjaan mereka jika pemimpin mereka tidak menawarkan remote work atau pekerjaan jarak jauh (Source : FlexJobs).
Lebih banyak produktif, menghemat waktu, menghemat biaya, kesehatan mental lebih baik, dan tidak ada perjalanan adalah beberapa keuntungan yang dinikmati oleh para profesional yang bekerja jarak jauh. Menurut FlexJobs, lebih dari separuh profesional akan mencari pekerjaan lain jika atasan mereka tidak menawarkan pekerjaan jarak jauh.
- 4% Pekerja Jarak Jauh Memilih Bekerja dari Rumah karena Nyaman (Sumber: Buffer).
Pekerja jarak jauh dapat bekerja dari rumah, tempat liburan, kafe, dan tempat lain yang sesuai. Sebuah laporan yang disiapkan oleh Buffer menyatakan bahwa 84% pekerja jarak jauh lebih memilih rumah mereka sebagai tempat kerja mereka. Kemudian, kafe adalah pilihan populer lainnya untuk bekerja dari jarak jauh.
- 68% Pekerja Generasi Muda Mempertimbangkan Pilihan Kerja Jarak Jauh sebagai Faktor penentu (Sumber: Fundera).
Karyawan generasi muda memiliki faktor-faktor tertentu saat menerima pekerjaan. Sebuah survei Fundera menemukan bahwa lebih dari setengah (68%) pekerja muda menganggap opsi kerja jarak jauh sebagai faktor dalam pengambilan keputusan ketika mempertimbangkan peluang kerja. Jika perusahaan tidak menawarkan pengaturan kerja jarak jauh, mereka mungkin mencari yang lain.
- 1 dari 3 Pencari Kerja Memilih Model Kerja Jarak Jauh Dibandingkan Penawaran Kerja yang Lebih Baik (Sumber: Analisis Tempat Kerja Global).
Beberapa tahun yang lalu, pencari kerja sangat ingin mencari posisi pekerjaan yang bergengsi. Hari ini, semuanya telah berubah. 1 dari 3 pencari kerja akan memilih pekerjaan dengan pilihan pekerjaan yang fleksibel daripada tawaran pekerjaan yang lebih baik ketika diberi kesempatan.
- 80% Pencari Kerja Akan Menolak Perusahaan Jika Mereka Tidak Menawarkan Pilihan Kerja Jarak Jauh (Sumber: Analisis Tempat Kerja Global)
Tidak diragukan lagi, pengaturan kerja jarak jauh telah menjadi norma baru. Menurut survei Global Workplace Analytics, 80% pekerja di AS mengatakan mereka akan menolak tawaran pekerjaan yang tidak memiliki tunjangan kerja yang fleksibel seperti opsi kerja jarak jauh.
- Pilihan Kerja Jarak Jauh adalah Manfaat yang Paling Diinginkan oleh Pencari Kerja (Sumber: CBRE)
Selama proses pengambilan keputusan menerima tawaran pekerjaan, pelamar mempertimbangkan beberapa manfaat dari perusahaan. Menurut sebuah studi CBRE, opsi kerja jarak jauh sejauh ini merupakan manfaat yang paling diinginkan di antara pencari kerja saat ini. Jika perusahaan tidak menawarkannya, pencari kerja lebih mungkin mencari peluang lain.
Lalu, bagaimana dengan tren Remote Work di Indonesia?
Menurut kayak.com, Indonesia menempati posisi ke 5 dalam daftar negara terbaik di Asia Pasifik untuk remote working tahun 2022 dengan total skor 74 dari 100. di kawasan Asia pasifik, mengungguli Korea Selatan, Australia, dan Singapura. Serta peringkat ke-20 dalam cakupan global mengungguli Belanda, Turki, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan masih banyak lagi.
Terdapat enam kategori yang dibuat untuk menentukan skor tersebut yaitu biaya hidup, kesehatan serta keamanan, kehidupan sosial, fasilitas untuk remote working, cuaca, dan pariwisata. Skor untuk fasilitas remote working sendiri, Indonesia mendapat nilai 47 dari 100 yang meliputi kecepatan internet untuk mengunduh serta mengunggah, visa untuk remote working, dan jumlah co-working space.
Peluang Remote Work di Indonesia
Saat ini, Jakarta memiliki sekitar 7 juta meter persegi ruang kantor, dan sekitar 2 juta di antaranya kosong karena perusahaan telah beralih ke WFH, menurut data Jakarta Property Institute (JPI).
Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia mengungkapkan pada Januari bahwa hunian ruang kantor terus menurun pada tahun 2021 menjadi 73 persen di kawasan pusat bisnis (CBD) dan 74 persen di luar zona itu, sedangkan tingkat hunian untuk kelas-A ruang kantor hanya 66 persen.
Juru bicara Asosiasi Rekan Kerja Indonesia Andina Paramitha mengatakan bahwa peralihan ke kerja jarak jauh telah menciptakan peluang besar. Dia mengatakan ruang kerja bersama siap untuk tugas menyediakan lingkungan kerja yang tepat yang cocok untuk karyawan dan profesional.
Menarik bukan? Apakah teman-teman sudah menjadi remote worker saat ini? Jika belum, kalian bisa mulai dengan mengikuti kursus yang dimiliki oleh Remote Skills Academy terlebih dahulu untuk mendapatkan insight dan membekali diri dengan ilmu serta tools yang tentunya untuk menunjang pekerjaanmu sebagai Remote Worker.